[Shalat adalah Media Kesehatan]
Oleh: Drs. Abdurrachman, MA.
UMAT Islam dalam kesehariannya diperintahkan untuk menegakkan
shalat, minimal 5 kali. Shalat yang 5 kali itu wajib dilakukan karena
shalat mengandung hukmah yang luar biasa, di antaranya membangkitkan
kinerja fisik yang berujung pada menyehatkan jiwa dan raga manusia. Hal
ini dapat dibuktikan secara ilmiah melalui riset yang dilakukan
betkali-kali. Perintah shalat yang menjadi kewajiban buat manusia itu
bukan untuk Allah, namun diperuntukkan kepada manusia, karena manusia
pada hakikatnya membutuhkan shalat. Untuk membuktikannya, lihat kalimat
lanjutan dari tulisan ini.
Manusia ditakdirkan Allah untuk hidup di muka bumi. Ini bukan hanya
kebetulan, namun deprogram oleh Allah dan Allah pasti mengetahui cara
menyelamatkan umat manusia dari aneka ancaman. Di antaranya adalah
ancaman penyakit dan kepunahan. Dengan demikian, maka Allah menjadikan
bumi sebagai “rumah kediaman” yang layak huni bagi manusia. Salah satu
yang dipersiapkan Allah bagi “rumah kediaman” manusia itu adalah
diberikannya magnet kepada bumi untuk keseimbangan hidup manusia. Riset
ilmiah menyatakan bahwa bumi kita mengandung magnet yang optimal bagi
manusia. Medan magnet bumi sangat lemah bila dibandingkan medan magnet
yang sering dimainkan anak-anak, sehingga tidak berbahaya, bahkan
bermanfaat bagi manusia. Oleh karena itu, manusia setiap hari mesti
menge-charge/ mengisi ulang medan magnet di tubuhnya. Pengisian ulang
tersebut harus [wajib] dilakukan setiap hari minimal 5 kali, yaitu
dengan melaksanakan Shalat Lima Waktu [dalam shalat lima waktu terdapat
34 kali posisi sujud], karena di dalam amalan shalat sebagai bentuk
ibadah kita kepada Allah, terkandung hikmah yang luar biasa. Di
dalamnhya ada gerakan sujud, yaitu gerakan ketika dahi seorang hamba
Allah disentuhkan ke tanah/ bumi sebagai bentuk kepasrahan dan
ketertundukan hamba kepada Allah.
Ketika kita berada pada posisi sujud inilah terkandung hikmah
“pengisian radiasi medan magnet pada aliran darah [termasuk zat besi
dalam darah] di kepala” sehingga membantu aliran darah ke seluruh organ
tubuh, unsur-unsur besi di dalam tubuh dan darah bisa bekerja optimal
karena terinduksi magnet bumi. Unsur besi ini akan lincah bergerak
karena adanya magnet. Kelancaran aliran darah membuat kita semakin
bergairah, stamina meningkat, kelelahan berubah menjadi kegembiraan.
Bukankah teladan kita, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Ju’ilat qurratu
‘ainin fish-shalaah” [Penyejuk mataku adalah ketika berada dalam
shalat]. Hal ini mengandung maksud bahwa shalat adalah media istirahat
bagi Rasulullah, sehingga mata menjadi sejuk. Mata yang sejuk adalah
refleksi dari hati yang damai, tenteram. Apa yang tampak pada mata kita
merupakan cerminan keadaan hati kita. Bagi Rasulullah, aktivitas shalat
mampu menjadikan normalnya peredaran darah sehingga tubuh menjadi
bergairah, kelelahan menjadi hilang. Jika sebuah urusan membuat
Rasulullah bingung, maka dia segera memanggil Bilal, “Wahai Bilal,
dirikanlah shalat dan hiburlah kami dengannya.” Oleh sebagian dari kita
kadang-kadang shalat justeru masih menjadi beban. Mari kita perbaiki
iman, agar perintah-perintah Allah benar-benar menjadi media “makanan”
bagi jiwa kita sehingga semua perintah Allah menjadi kesenangan bagi
kita.
Bagaimana halnya bila manusia tidak bersedia sujud kepada Allah,
maka ia akan kekurangan medan magnet [unsur besi dalam darah jadi loyo].
Manusia yang tidak mau sujud kepada Allah, pasti dan pasti akan terasa
sempit hidupnya, pelupa, banyak masalah, gelisah yang pada akhirnya
menimbulkan banyak penyakit [stres, kanker, darah tinggi, stroke/
penyumbatan darah di otak, sukar tidur, dll.] Oleh karena itu,
Rasulullah Saw menganjurkan shalat lima waktu bagi umatnya. Rasulullah
bersabda, “Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya adalah
manakala si hamba itu bersujud. Maka perbanyaklah doa pada waktu sujud
itu.” [HR. Muslim, Abu Dawud, dan Al-Nasa’i, dari Abu Hurairah].
Ketika terlupa dalam shalat, maka dianjurkan untuk bersujud [sujud
sahwi] pada akhir shalat, sebagaimana disebutkan dalam hadis, “bagi
tiap-tiap kelupaan itu, dua sujud.” [HR. Abu Dawud]. Dalam kasus “lupa,”
terdapat tradisi sunah dalam ritual shalat bahwa ketika seorang hamba
terlupa dalam shalatnya, maka dianjurkan menambah sujud dua kali setelah
salam. Lupa terjadi karena berkurangnya aliran darah ke kepala [otak]
sehingga kinerja memori otak jadi lambat, maka dengan menambah amalan
sujud, terkandung hikmah bahwa aliran darah di kepala perlu mendapat
gelombang magnetik yang dipancarkan tanah/ bumi, sehingga menjadikan
darah lancar, dan manusia tersebut tidak lupa lagi. Manusia yang tidak
bersedia shalat berarti dia lupa pada Allah, maka karena amalannya itu,
Allah menjadikan manusia itu lupa pada dirinya sendiri, gila, hilang
ingatan, sehingga Allah pun lupa kepadanya. Inilah malapetaka yang
paling berbahaya di antara aneka musibah yang pernah diturunkan ke muka
bumi.
Bila manusia dihinggapi beragam masalah yang dihadapi melebihi
ambang batas kekuatan daya tampungnya, dan itu berbahaya bagi manusia,
karena yang akan terjadi adalah kepala jadi pusing, jantung berdegup
kencang, perut mual, halusinasi, kegelisahan yang amat sangat, dan
lain-lain. Maka, apa yang harus dilakukan manusia dalam menghadapi
fenomena ini? Bacalah anjuran Rasulullah Saw yaitu sujud. Dalam amalan
sujud dengan meletakkan dahi ke bumi, maka medan magnet tubuh akan
kembali mejadi normal. Bukankah bumi juga mempunyai sifat penetral Ardhe
dalam istilah elektro [Ardhe berasal dari bahasa Arab, yaitu Ardh=
bumi]. Bacalah hadis, “Sesungguhnya tanah dijadikan untukku sebagai
pencuci/ pembersih.” Dalam konteks ini, bumi berfungsi juga sebagai
“penetral,” dengan kita sentuhkan dahi ke tanah [sujud] maka aliran
magnet di tubuh kita menjadi normal kembali, sehingga selamatlah ia dari
tekanan masalah yang dihadapinya. Selamatlah hamba Allah yang sambil
bersujud membaca “Maha Suci Allah Yang Maha Quddus.”
Bumi tempat kita berpijak memiliki “al-Qadr,” yaitu ketentuan yang
diberikan Allah kepadanya yang mampu menetralisir gelombang apa pun yang
memasuki tubuh manusia. Siapa yang sujud, maka ia akan selamat, dan
orang yang tidak mengenal tradisi sujud/ shalat, maka ia akan binasa.
Perlu diingat bahwa gelomnbang elektromagnetik mampu menembus lapisan
apa saja, mampu menembus dinding rumah kita, medan magnet mampu menembus
substansi bukan magnet, menembus tulang tengkorak kita. Terhadap
fenomena ini, Kitab Injil Perjanjian Baru juga mnyebutkan bahwa orang
yang selamat ketika terjadi hantaman meteor ke bumi adalah orang-orang
ahli sujud, yaitu orang-orang yang mempunyai materai [tanda] Allah di
dahinya. Dalam hal ini adalah tanda sujud di dahi [fenomena materai/
tanda sujud ternyata hanya dimiliki kaum Muslimin karena amalan shalat
mereka]. Injil Kitab Wahyu 9: 1-6 menyebutkan: “Lalu malaikat yang
kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh
dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lubang
jurang maut. Maka dibukanyalah pintu lubang jurang maut itu, lalu
naiklah asap dari lubang itu bagaikan asap dari tanur besar, dan
matahari dan angkasa menjadi gelap oleh asap lubang itu. Dan dari asap
itu berkeluaranlah belalang-belalang ke atas bumi dan kepada mereka
diberikan kuasa sama seperti kuasa kalajengking-kalajengking di bumi.
Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusak rumput-rumput
di bumi atau tumbuh-tumbuhan atau pepohonan, melainkan hanya manusia
yang tidak memakai materai Allah di dahinya.” Materai yang dimaksud
tidak lain kecuali bekas sujud yang dilakukan oleh kaum Muslimin ketika
sujud. Maka orang yang selalu sujud [shalat] akan terhindar jauh dari
bahaya, seperti ditegaskan sebelumnya. Jelas sekali bahwa shalat memberi
perlindungan bagi setiap pelakunya.
Sebenarnya, setiap hari kita mendapatkan gelombang magnet yang
berasal dari bumi. Gelombang tersebut berada dalam ambang batas yang
diperlukan bagi kehidupan manusia. Bila manusia kekurangan magnet
[defisiensi magnet], dari luar [magnet bumi], maka hal itu akan
menimbulkan efek negatif bagi peredaran darah. Kita mesti ingat bahwa
sel-sel darah manusia mengandung unsur besi, yaitu berada dalam
hemoglobin. Unsur besi inilah dengan pengaruh medan magnet bumi,
menjadikan darah manusia mengalir normal. Unsur besi dalam tubuh manusia
inilah yang mampu menerima induksi magnetik, yang dalam skala normal,
induksi magnetik akan berguna bagi manusia. Bila tubuh kekurangan zat
besi, maka manusia akan lesu, lemah tidak bertenaga, bahkan bila
berlarut-larut akan menyebabkan anemia [kekurangan darah]. Maka,
sepantasnyalah bila kita memuji Allah, “Maha Suci Allah Yang menurunkan
besi [al-hadiid] untuk kita semua.” Sebagaimana firman-Nya: “…Dan Kami
menurunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi
manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong [agama]-Nya dan
rasul-rasul-Nya, walaupun [Allah] tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat dan Maha Perkasa.” [QS. Al-Hadid: 25].
Ayat Alqur’an di atas menyebutkan bahwa besi mempunyai banyak
manfaat bagi manusia, selain bermanfaat dalam dunia industri juga
bermanfaat bagi kelangsungan organ tubuh manusia. Dr. Clifford R.
Anderson, M.D. dalam bukunya, Modern Ways to Healt, menyebutkan,
“Mineral lain yang amat penting adalah besi, karena termasuk dalam
reaksi hidup yang paling utama. Tanpa zat ini kita tidak dapat hidup
sesaat pun. Zat besi sangat penting untuk keselamatan seluruh bagian
tubuh.” Kandungan zat besi dalam tubuh kita, yang terbanyak terletak di
dalam sel darah merah, di mana terbentuk hemoglobin. Inilah zat merah
yang memberi warna darah. Hemoglobin berfungsi mengalirkan oksigen ke
seluruh jaringhan tubuh dan menjaga kelanjutan hidup kita. Tiap-tiap sel
darah mengandung 250 juta molekul hemoglobin dan satu miliar atom besi.
Zat-zat besi yang dibawa sel darah merah inilah yang mengalir ke
seluruh tubuh, sehingga setiap sel organ tubuh dapat menjalankan
tugasnya dengan normal. Maka, betapa bahayanya bila tubuh kita
kekurangan zat besi. Zat besi dapat kita peroleh dari makanan yang
mengandung zat besi yaitu telur, kentang, sayuran hijau, biji-bijian
yang masih berkulit ari, dan lain-lain.
Perpaduan unsur besi [hadiid] dalam darah manusia dan pengaruh medan
magnet bumi, menjadikan peredaran darah berjalan lancar. Bila
kekurangan medan magnet, maka manusia akan mengalami sindrom Defisiensi
Magnet yang mengakibatkan kekakuan pada bahu dan leher, muncul
kegelisahan, kepala terasa berat dan pusing, kesulitan tidur serta
kelelahan. Dr. Ulrich Warnke, M.D, dalam tulisannya yang berjudul Magnet
to Overcome Pain, The New Healing Method, mengatakan, “Magnetic energy
has a beneficial effect on blood circulation, lymph flow, hormone
production, nerves and muscles.” [Energi magnetik mempunyai suatu efek
yang bermanfaat terhadap peredaran darah, aliran getah bening, produksi
hormon, jaringan saraf, dan otot-otot]. Begitu juga sebaliknya, bila
medan magnet terlalu besar, maka hanya akan membahayakan kehidupan
manusia.
Dari pembahasan di atas, terdapat benang merah antara kesehatan
manusia dengan shalat. Darah manusia yang mengandung zat besi tersebut
akan lancar sirkulasinya manakala terinduksi oleh magnet bumi. Hal ini
dapat diwujudkan melalui shalat [sujud]. Maka shalat yang disyariatkan
oleh Allah kepada kaum Muslimin tersebut bertujuan untuk menyelamatkan
manusia dari aneka ragam kelesuan. Sesuai dengan namanya, Islam artinya
selamat, dan tiang agama Islam adalah shalat, maka shalat mengandung
keselamatan yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia. Memang Islam
diturunkan buat seluruh manusia. Anda ingin selamat? Jalan yang harus
Anda tempuh adalah membangun shalat. Sekian, Hayya ‘alash shalah! [Edisi
Pebruari 2010].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar